Renungan Paskah "on Maundy Thursday" (Matius 26:36–56)
Vik. Doni Harianja - 28 Maret 2024, 18:08

‘Cawan’ yang dimaksud, tanpa ragu, adalah ‘cawan murka Allah’ (Yes. 51:17; Yer. 25:15, dll). Yesus bertekad bulat untuk memahami momen penting ini dalam terang Taurat dan kita para Nabi, yang Dia lihat mencapai puncaknya dalam kematian-Nya sendiri. Namun karena itu, Yesus menyadari dengan cara inilah Dia dipanggil untuk turun ke dalam kegelapan yang tidak pernah dialami siapapun sebelumnya. Meskipun Dia adalah Anak Allah, namun Yesus tetap akan minum dari cawan yang melambangkan murka Allah terhadap segala yang jahat, segala yang menghancurkan dan mencemarkan dunia Allah yang indah beserta seluruh ciptaan-Nya.
Ketika lanjut membaca kisah ini, kita dapat melihat proses penderitaan berikutnya. Seluruh kejahatan di dunia tampaknya menyerbu Yesus: politik kekuasaan elit setempat, kebrutalan kekaisaran Romawi, pengkhianatan Yudas, dan kegagalan Petrus. Belum lagi hal lain di antara semua kejahatan ini yaitu cemoohan, kesalahpahaman dan penganiayaan terhadap Yesus. Di satu sisi, kisah ini ditulis agar kita bisa melihat dan merasakan, bukan hanya berpikir, tentang berbagai perwujudan kejahatan di dunia yang merongrong Kristus. Di sisi yang lain, Matius, yang mengatakan kepada kita bahwa semua murid-murid Yesus meninggalkan Dia dan melarikan diri, sebaliknya menginginkan agar kita tetap berada di jalan-Nya, untuk melihat hingga selesai masalah ini, dan untuk menyaksikan kemuliaan Allah dalam wajah penderitaan Anak-Nya yang disalib.
[DownKnee] [Diringkas dari “Lent for Everyone: Matthew” oleh N.T. Wright]