Artikel

Kisah pada pasal 26 ini dapat disandingkan dengan cerita Yesus yang membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes pergi bersamanya sendirian pada pasal 17. Saat itu, keempatnya mendaki gunung, dan para murid menyaksikan dengan kagum saat Yesus berubah wujud (transfigurasi) di depan mereka, bersinar dengan kemuliaan Allah dan berbicara dengan Musa dan Elia. Sekarang, kelompok yang terdiri dari tiga orang itu sedang berkumpul di sebuah taman, dan para murid menyaksikan dengan ‘takjub’ ketika Yesus sekali lagi berubah wujud, namun kali ini dengan dukacita Ilahi.

Adegan di Getsemani ini sangat penting memahami secara tepat siapakah sebenarnya Yesus. Mudah bagi orang Kristen yang taat untuk membayangkan-Nya sebagai seorang manusia setengah dewa, berjalan dengan gagah perkasa melintasi dunia tanpa kekhawatiran. Beberapa orang bahkan telah membaca Injil Yohanes dengan cara itu, meskipun saya percaya itu adalah pembacaan yang keliru. Tetapi jelas dari Matius bahwa pada saat yang genting ini Yesus memiliki urusan yang mendesak dan menggelisahkan bersama Bapa-Nya. Dia sudah datang sampai sejauh ini; Dia sudah memberi tahu mereka, lagi dan lagi, bahwa Dia akan diserahkan, disiksa, dan disalibkan; tetapi sekarang, pada saat-saat terakhir, semua pengetahuan Ilahi yang tinggi ini akan menjadi nyata melalui kepatuhan-Nya kepada Bapa. Sungguh realistis, bahwa Dia harus melakukan perjalanan iman yang menyakitkan ini, sama seperti kita (Ibr. 4:14-15). "Jika memungkinkan—tolong buatlah, agar aku tidak harus minum dari cawan ini!"